Dulu kita begitu dekat. Saling menegur dan mengingatkan satu sama lain. Jarak pun tak menjadi penghalang. Semua tampak dekat dan menyenangkan. Tapi kenyataannya sekarang telah berbeda. Saat kata "yaiyalah" terdengar indah hanya sekejap. Semuanya telah berubah. Tak ada lagi tegur dan sapa. Tak ada lagi nasihat saling mengingatkan. Semunya terasa berbeda. Terasa asing di sudut bola mata. Mengacuhkan seakan tak peduli, sangat. Diri ini mulai menyerah. Diambang kegamangan. Bahkan yang tampak hanyalah kesunyian, hening dan diam. Bahkan jarak pun semakin menjadi jauh. Sulit untuk di tempuh. Ada apa? Apa yang terjadi? Apakah masalah? Masalah apa? Sehebat itu kah sampai saja kau enggan untuk bercerita? Apakah kau merasakan keganjalan yang sama denganku? Ah, sebenarnya tak ada yang salah antara kita. Mungkin keadaanlah yang menuntut semua untuk berubah. Kadang kala kita harus mengerti. Tidak semua sisi dari situasi dapat menerima kehadiran kita. Ada sisi yang meminta untuk tinggal. Ada sisi yang mengharuskan untuk pergi. Dan disinilah aku merasakan semua telah berubah. Ketika pertemuan ini berjarak. Ketika pertemuan ini seolah terhenti. Aku merasa asing. Sangat asing. Ketika kita masih dapat melihat dan memperhatikan satu sama lain. Namun kita memilih untuk diam. Mungkin diam dan menjaga jarak ini cara terbaik. Bukan untuk memutuskan ukhuwah. Tapi untuk terus belajar dan belajar memperbaiki diri. Mungkin kita tak lagi bertegur sapa. Namun ada dalam doa. Untukmu, kau dengan sebuah eskrim penyemangat bagiku. Teruslah berusaha, walau kita tidak akan pernah tahu hasil seperti apa. Teruslah berharap, karena tanpa harapan kau seolah tak punya asa.
Aku yang mengagumi mu.